August 16, 2009

Kedudukan tulisan dalam kerja dakwah?

Asas dari kerja dakwah adalah meninggikan kalimah Allah, Laa ilaaha illallaah. Langkah awalnya adalah dengan memberitahu (mereka yang belum tahu) atau mengingatkan (mereka yang sudah tahu) dengan cara memberi penerangan dan penjelasan tentang siapakah Allah Tuhan kita, bagaimana sifat2-Nya, apa kehendak-Nya, apa rencana-Nya dan apa janji2-Nya. Langkah selanjutnya adalah mengajak mereka untuk berbakti kepada-Nya saja dengan kebaktian yang sesuai dengan teladan Rasulullah SAW.

Cara terbaik untuk melakukan kerja dakwah adalah dengan gerak. Adapun gerak yang dimaksud meliputi keseluruhan gerak kaki (melangkah kepada manusia), gerak tangan (memberi infak, zakat, sedakah atau hadiah), gerak mulut (berbicara tentang kebesaran Allah), gerak telinga (memasang telinga termasuk untuk mendengar kesulitan2 manusia), gerak wajah (dengan berusaha menampilkan mimik yang baik), gerak mata (dengan mengatur sorot mata yang bersahabat) dan gerak2 lain yang merupakan bahasa yang dapat dimegerti oleh kebanyakan manusia. Dan Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam urusan ini.

Sebagaimana kita menyadari, lisan adalah alat komunikasi utama yang Allah SWT anugerahkan kepada manusia. Dengan kesepakatan2 yang tertentu dan pada kelompok2 yang tertentu, maka kombinasi dari berbagai suara dan nada dapat difahami sebagai kata2 atau kalimat2 yang memiliki pesan2 dan kesan2 yang khas. Akan tetapi lisan tidak akan bermanfaat untuk urusan ini (dakwah) kecuali dengan dukungan dari langkah kaki, ayunan tangan, mimik muka, dan semua anggota tubuh kita, termasuk pikiran, hati dan perasaan.

Ketika seorang da’i berhadapan dengan mad’u yang hendak didakwahnya, maka saat seperti itu tidak saja merupakan ujian bagi kedua belah pihak, tapi juga menentukan kualiti selanjutnya. Bagi seorang da’i, keberhasilannya tidak dilihat dari berapa banyak kata2 yang dikeluarkan, tidak juga dari kata2 indah yang dimilikinya, tetapi dinilai dari berapa banyak orang yang dapat dibawa dan diselamatkannya. Hal itu benar2 dapat dibuktikan. Yang demikian adalah karena adakalanya seorang da’i hanya berbicara sedikit, dimana dia lebih banyak mendengar dengan sikap sedemikian rupa sehingga lawan berbicaranya justru terdakwah oleh kata2-nya sendiri.

Tulisan, meskipun merupakan salah satu alat komunikasi, bukanlah alat utama dalam kerja dakwah. Tulisan hanyalah alat bantu agar kerja dakwah ini dapat dijelaskan dengan lebih teratur dan terpola. Dengan menulis tidak bererti bahwa kita telah benar2 berdakwah, akan tetapi tulisan yang kita buat akan merupakan alat bantu untuk merakam kerja2 yang telah dibuat sekaligus sebagai alat bantu untuk mencatat rencana kerja untuk masa2 yang akan datang dan mengukuhkan arahnya sehingga langkah kita tidak menyimpang.

Siapa saja yang berkemampuan untuk menulis, maka dia dapat menulis tentang apa saja, sebanyak dan sebaik yang diinginkannya. Khusus untuk urusan ini, maka artikel yang dapat diturunkan tentang dakwah (dengan berbagai kaitannya) nescaya tidak akan habis selama kerja ini eksis sampai hari kiamat. Akan tetapi hendaknya kita ingat, bahwa tidak ada seorang manusia pun yang sempurna dalam kerja dakwah, kecuali Rasulullah SAW. Padahal kita tahu bahwa Rasulullah SAW benar2 seorang yang ummi. Beliau tidak pandai membaca dan tidak pandai menulis (huruf). Subhanallah.

Sumber: http://seruannabi.wordpress.com

1 comment:

  1. Assalammualaikum . Amat bermanfaat .Teruskan usaha . chaiyokk ~

    ReplyDelete

Syarat-syarat KOMEN.

1. Korang boleh nak kutuk, nak kritik, nak nasihat, nak boikot, nak caci, nak maki, nak perli, nak istiharkan perang ke atas diri aku atau apa-apa aje yang korang nak lakukan pada aku… Silakan., ATAU

2. Kalau tak nak buat perkara tu, maka boleh bagi pendapat agar kita dapat ambik manfaat sehingga menjadikan kita lebih matang. Berbeza pendapat takpe sebab tak menjadi punca perselisihan tapi yang jadi perselisihan apabila sikap dalam berbeza pendapat akibat kurang ilmu dan adab sehingga menjadi biadap. ,ATAU

3. Kedua-duanya sekali.

Blog Widget by LinkWithin